SEKOLAH BERBUDAYA LINGKUNGAN (SBL)


Penulis : Agnesti Pramuktiasih Nugroho

A. Apa itu Sekolah Berbudaya Lingkungan?

Sekolah Berbudaya Lingkungan merupakan sekolah yang memelihara dan memanfaatkan kondisi lingkungan untuk pengembangan keilmuan, khususnya program pengembangan kelestarian lingkungan hidup. Dengan program SBL ini diharapkan lingkungan sekolah dapat menjadi laboratorium uji coba untuk implementasi sejumlah solusi dari problem lingkungan, sehingga diharapkan akan tumbuh budaya kesadaran dan cinta akan kelestarian lingkungan.

Akhir-akhir ini kerusakan lingkungan telah sampai pada taraf yang membahayakan. Perkembangan kemajuan zaman semakin lama semakin menyadarkan kita bahwa telah terjadi problem lingkungan yang semakin serius. Kerusakan lingkungan dan pencemaran yang terjadi dilingkungan kita harus kita tebus dengan biaya yang mahal, misal berupa bencana alam banjir dimusim penghujan, kekurangan air dimusim kemarau, pemanasan global, erosi dan sedimentasi di sungai maupun laut, lahan kritis semakin meluas, dipihak lain lahan potensial semakin menyempit berubah menjadi pemukiman, kawasan industri, maupun fasilitas manusia yang lain. Hal itu jelas menyebabkan daya dukung lahan maupun lingkungan semakin menurun. Baik untuk kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan.
Disisi yang lain intensitas pengajaran lingkungan hidup di sekolah terkesan hanya teoritis tanpa adanya aplikasi nyata dalam bentuk tindakan yang mengarah pada pemeliharaan lingkungan. Kemudian perlu kita sadari bahwa pengajaran lingkungan hidup dalam praktek pengajaaran di Indonesia disisipkan dalam hampir semua mata pelajaran, seperti geografi, biologi, kimia, fisika, bahasa inggris, bahasa indonesia, dan lain sebagainya. Akan tetapi dari semuanya itu tidak satupun yang serius menekankan pada aplikasi nyata usaha pelestarian lingkungan. Contoh nyata yang sering kita temui dilingkungan sekolah kita misalnya, tentang sampah dan kebersihan sekolah, selama ini seolah-olah merupakan tanggungjawab dari petugas kebersihan sekolah, sedangkan warga sekolah lain terkesan acuh terhadap masalah ini. Slogan-slogan tentang kebersihan yang biasanya terpajang di tembok-tembok sekolah masih sebatas sebagai penghias dinding dan sebagai anjuran, bukannya kewajiban yang dilaksanakan rutin baik oleh individu maupun secara bersama-sama seluruh warga sekolah. Padahal jika kita lihat lebih mendalam kondisi sekolah adalah faktor eksternal yang penting untuk proses pembelajaran, seperti terungkap dalam sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh Wahyu Winoto (2007) di SMA Negeri 1 Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah membuktikan bahwa faktor lingkungan sekolah memberikan pengaruh positif terhadap proses maupun hasil dari pembelajaran di sekolah.
Kondisi sekolah yang kurang bersih, kurang sadar lingkungan, jelas harus segera ditata ulang, karena sebenarnya lingkungan sekolah selain sebagai tempat belajar, juga memiliki fungsi relaksasi dari kelelahan warga sekolah, baik murid yang belajar, maupun guru yang memberikan pengajaran. Upaya untuk merubah paradigma lama tersebut diantaranya adalah dengan program Sekolah Berbudaya Lingkungan.

B. Kriteria Sekolah Berbudaya Lingkungan.

Terdapat beberapa aspek penting yang harus terpenuhi guna mewujudkan sekolah yang memiliki kondisi berbudaya lingkungan, yaitu:
1. Lokasi sekolah mudah dijangkau, aman, tidak terlalu dekat dengan pusat keramaian, jalan raya, maupun tempat pembuangan sampah. Sekolah berdiri diatas tanah yang stabil dan memiliki lahan yang cukup luas.
2. Sekolah memiliki cukup lahan (space) sebagai sabuk hijau (green belt) sekolah, cukup tempat belajar, olah raga, bermain, maupun istirahat.
3. Tercukupinya ruang-ruang kelas maupun ruang pendukung sekolah yang lain. Ruang-ruang tersebut diusahakan memilki sirkulasi udara yang baik serta ”sehat” untuk kegiatan sekolah.
4. Sekolah memiliki sarana kebersihan dan kesehatan yang sebanding dengan jumlah warga sekolah, baik siswa, guru, maupun seluruh staf pegawai sekolah. Memiliki sistem darainase yang baik serta tempat pembuangan limbah cair maupun padat yang aman.
5. Terdapat tumbuh-tumbuhan dan tanaman-tanaman keras disekitar lingkungan sekolah, sehingga terkesan asri dan mendukung kesehatan seluruh komplek sekolah.

C. Program yang mengarah pada SBL
Beberapa langkah yang dapat di realisasikan untuk mewujudkan Sekolah Berbudaya Lingkungan antara lain:
- Penataan lingkungan fisik sekolah yang mengarah pada keseimbangan ruang (space). Dilengkapi dengan greenbelt tanaman dan pepohonan disekitar ruang kelas, sehingga dapat tercipta lingkungan asri, sirkulasi udara bersih dan sehat, serta terpenuhinya pasokan oksigen untuk warga sekolah. Rencana ini merupakan perencanaan awal (masterplan) yang mengarah pada terciptanya lingkungan sekolah yang asri dan sehat sebagai sebuah lingkungan pendidikan.
- Perencanaan tindakan (action plan). Untuk menggerakkan semua elemen sekolah agar bersama-sama bertanggung jawab terhadap kebersihan, kelesatarian, maupun pemeliharaan lingkungan.
- Upaya pemanfaatan lebih lanjut lingkungan sekolah sebagai media praktikum beberapa mata pelajaran yang diberikan guru disekolah, seperti untuk mata pelajaran geografi, biologi, fisika, pendidikan jasmani kesehatan, maupun mata pelajaran lainnya.
- Lebih jauh lagi, hal ini dapat sebagai upaya pemanfaatan lahan kosong menjadi lahan produktif khususnya untuk kepentingan sekolah tersebut.


D. Manfaat Sekolah Berbudaya Lingkungan

Terdapat banyak manfaat yang dapat diperoleh dari sekolah yang berbudaya lingkungan, antara lain:
- Terwujudnya lingkungan yang bersih, asri, nyaman, dan menyenangkan, sehingga dapat mendukung proses kegiatan belajar mengajar disekolah.
- Tumbuhnya kesadaran dan tannggung jawab dikalangan warga sekolah dalam pemanfaatan serta pemeliharaan lingkungan, baik siswa, guru, kepala sekolah, dan semua staf pegawai dan karyawan sekolah.
- Sekolah dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang terintegrasi sebagai suatu habitat ilmiah. Ini akan mengikis paradigma lama, dimana sekolah hanya difokuskan pada bangunan fisik saja.
- Lingkungan sekolah dapat menjadi laboratorium alam (outdoor lab), sehingga dapat memperluas wacana keilmuan.

Semua manfaat tersebut dapat maksimal jika didukung oleh program sekolah yang fokus, konsisten, dan gradual untuk dapat melaksanakan langkah-langkah yang mengarah pada terbentuknya Sekolah Berbudaya Lingkungan.

Selain usaha-usaha tersebut diatas, yang tidak kalah penting adalah dukungan dari pemerintah melalui dinas-dinas terkait untuk memberikan langkah nyata dalam pemberdayaan sekolah yang berbudaya lingkungan., langkah-langkah terdekat yang dapat dilaksanakan diantaranya: pemberian ekstra Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), program jum’at bersih, pengadaan dan pengoptimalan kebun sekolah, maupun program wajib tanam pohon bagi siswa. Kesemuanya itu diharapkan akan semakin mempercepat proses menuju sekolah yang berbudaya lingkungan.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Memetik Manfaat Kebiasaan Menulis bagi Pengembangan Diri

Ditulis Oleh : Agnesti Pramuktiasih Nugroho, S.Pd

Menulis merupakan sebuah proses penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya. Sebelum kita mengetahui banyaknya manfaat menulis, kita harus tahu bahwa banyak orang yang sepertinya ”alergi” dengan kegiatan tulis menulis ini. Mereka merasa demikian karena belum mengenal dan mengalami langsung kedahsyatan dari manfaat menulis. Penulis perlu melalui tiga tahapan utama dalam menulis, yaitu: tahap persiapan, tahap penulisan naskah awal, dan tahap koreksi. Manfaat luar biasa dari menulis ternyata bisa didapatkan pada tiap tahapan menulis tersebut.
Langkah pertama dalam menulis adalah menentukan tujuan dari tulisan yang akan dihasilkan tersebut: meyakinkan pembaca, menghibur pembaca, menceritakan secara kronologis sebuah peristiwa, ataupun menjelaskan sebuah proses. Tujuan inilah yang nantinya akan dijadikan tumpuan dalam mengumpulkan data, mencari contoh-contoh untuk mengembangkan tulisan, dan memilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan pendapat. Tujuan ini juga membantu penulis untuk menjadi lebih fokus dalam upaya mencapai tujuan dan lebih terarah dalam mengembangkan topik yang akan ditulisnya (sehingga tidak melantur).
Kebiasaan merumuskan tujuan dan mengatur strategi yang pas untuk mencapai tujuan juga dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Dengan kebiasaan positif ini, penulis bisa membuat kehidupannya menjadi lebih berarti karena memiliki tujuan. Segala keputusan dan tindakan yang diambil pun bisa lebih terfokus, dan terarah untuk mencapai tujuan tersebut. Setelah tujuan ditetapkan, langkah berikutnya adalah mengumpulkan data ataupun informasi yang cukup untuk membangun tulisannya. Untuk itu, penulis perlu menggali informasi dan data yang diperlukan dari berbagai sumber, misalnya dari bahan-bahan tulisan orang lain di majalah, koran dan buku-buku, percakapan dengan nara sumber, observasi lapangan, ataupun contoh-contoh dari pengalaman pribadi.
Dari proses mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan ini, penulis akan banyak menemukan informasi baru, cerita-cerita seru, contoh-contoh menarik, dan pendapat yang beragam dari banyak orang. Semua ini memacu penulis untuk belajar menyerap informasi yang telah berhasil dikumpulkan. Jadi, tahap persiapan ini merupakan sarana belajar yang ampuh untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Setelah informasi berhasil dikumpulkan, penulis dapat menyusun kerangka dasar penulisan (outline). Untuk melakukan hal ini diperlukan kemampuan untuk berpikir sistematis agar informasi yang disampaikan dapat dicerna dengan baik dan mudah oleh pembaca.
Jika hal ini telah dilakukan berulang-ulang dan telah menjadi kebiasaan yang melekat, maka kebiasaan untuk berpikir sistematis ini juga akan terbawa ke aspek-aspek kehidupan lainnya, misalnya dalam menyatakan pendapat, dalam menyusun perencanaan, dan dalam membuat laporan. Kebiasaan ini merupakan modal penting untuk meraih sukses di mana pun kita berkarya. Dengan berpegang pada tujuan penulisan dan kerangka dasar yang telah disusun, penulis selanjutnya dapat mengembangkan tulisannya. Pada tahapan ini, penulis dipacu untuk mencari kata-kata yang tepat, susunan kalimat yang benar, konsep, ide, contoh, dan penjelasan yang terjalin dengan harmonis agar bisa dicerna dengan baik oleh pembaca.
Untuk melakukan semua ini, penulis perlu mengaktifkan kemampuan intelektual mereka untuk menjelaskan ide-ide mereka, dan kemampuan berpikir kritis untuk mendukung ide-ide mereka dengan data dan contoh-contoh yang relevan. Seperti halnya pelukis dan pemusik yang menyatakan perasaan dan pendapat mereka melalui lukisan dan karya musik, penulis pun melakukan hal yang sama. Tulisan dapat digunakan untuk menjadi saluran perasaan dan pendapat yang jika disimpan bisa berdampak negatif bagi tubuh dan pikiran secara fisik dan mental.
Hal ini dituliskan juga oleh James Pennebaker, Ph.D, dan Janet Seager, Ph.D, dalam jurnal Clinical Psychology yang melaporkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memiliki kekuatan untuk memberi dampak positif pada tubuh kita secara fisik. Joel Saltzman dalam bukunya If You Can Speak You Can Write mengungkapkan bahwa menulis tidak berhenti pada draft pertama, tapi diperlukan upaya untuk menulis kembali. Jadi, langkah selanjutnya adalah penyuntingan, revisi, dan penulisan kembali untuk menyempurnakan hasil tulisan. Untuk tahap ini, seorang penulis perlu memeriksa kembali tulisannya dengan kritis dan objektif. Ia perlu melihat apakah terdapat ketidakcocokan dalam pemilihan kata, contoh, dan ilustrasi. Ia perlu memeriksa apakah ada kesalahan dalan penyusunan kalimat.
Penulis perlu memutuskan apakah informasi yang disampaikan sudah cukup jelas. Singkatnya, penulis perlu melakukan evaluasi menyeluruh untuk melihat kelemahan dari tulisannya dan melakukan koreksi yang diperlukan agar tulisannya menjadi lebih baik. Untuk melampaui tahap ini dengan sukses diperlukan obyektivitas untuk menemukan kesalahan, keberanian untuk mengakui kesalahan, dan upaya untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Tanpa ketiga kualitas ini, tak akan ada perbaikan. Hal ini juga berlaku di kehidupan sehari-hari. Tanpa keberanian untuk melakukan evaluasi diri secara obyektif, keberanian mengakui kesalahan, maka tidak akan ada upaya perbaikan untuk mencapai sukses. Manfaat dari Hasil Tulisan Manfaat yang diterima penulis ternyata tidak berhenti ketika ia selesai menjalani proses penulisan. Hasil tulisan juga memberikan berbagai manfaat positif yang dapat dinikmati lama setelah tulisan tersebut selesai dikerjakan.
Tulisan juga digunakannya untuk membuka mata pembaca melihat peluang menjadi independen secara finansial. R.A. Kartini juga menggunakan tulisan untuk mempengaruhi orang lain agar mau memberi kesempatan yang sama pada wanita untuk mengecap pendidikan. Tulisan juga bisa digunakan sebagai sarana berbagi pengalaman.
Sutan Takdir Alisyahbana, Chairil Anwar, dan Muhammad Hatta sampai sekarang pun tetap abadi melalui hasil tulisan mereka berupa buku roman klasik, kumpulan puisi, dan buku-buku pemikiran ekonomi. Yang jelas, selain manfaat kepuasan dan manfaat non-material lainnya, tulisan yang dimuat di media atau yang dipublikasikan dalam bentuk buku dapat memberi manfaat finansial bagi si penulis.
Tulisan memiliki kekuatan yang maha dahsyat. Tulisan dapat menggulingkan sebuah rezim, tulisan dapat mencegah perang, tulisan dapat membangkitkan semangat hidup, tulisan dapat menyelamatkan nyawa, tulisan dapat mengasah otak, mengembangkan daya inisiatif dan kreatif, menumbuhkan keberanian, dan tulisan juga dapat mendatangkan rejeki. Oleh karena itu banyak manfaat yang dapat dipetik dari sebuah tulisan, mulai dari proses menulis, kebiasaan menulis, dan dampak menulis bagi diri sendiri dan orang lain, mengapa kita tidak mencoba menyisihkan waktu untuk menulis dan untuk memupuk kebiasaan menulis?
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Copyright 2009 SMPN 3 RANDUDONGKAL
Free WordPress Themes designed by EZwpthemes
Converted by Theme Craft
Powered by Blogger Templates